Monday, September 14, 2009

Mas Rohan (2)

Shalat taraweh berjalan seperti biasa. Ceramah di letakkan antara halat taraweh dan witir. Yang menjadi pengganti imam shalat adalah Pak Rahman sedangkan yang mengisi ceramah Pak Hafidz.
Pak Hafidz adalah ketua takmir. Setahu saya beliau membaca al-Qur'an dengan huruf latin. Mungkin diwaktu kecil beliau tidak mendapatkan kesempatan belajar ngaji secara intensif. Tema ceramahnya mengangkat syarat menjadi seorang imam shalat.
Ada banyak hal yang beliau paparkan salah satunya menjadi imam harus fasih bacaan al-Qur annya. Sambil disisipkan guyonan-guyonan beberapa imam yang sering salah jawabannya. Saya malah bingun ini menertawakan orang atau malah menertawakan diri sendiri. Karena setahu saya banyak bacaan imam shalat di masjid ini yang tidak sesuai dengan kaidah bacaan al-Qur'an. Lama guyonan itu berlangsung, dan hampir semua orang yang hadir tertawa terbahak-bahak, padahal hati kecilku juga ketawa cekikikan karena pada dasarnya mereka menertawajan diri senidiri.
Memang, sungguh sangat sulit untuk mengerti dan memahami kesalahan dan kelemahan kita. Yang justru jelas ketahuan adalah kesahalan orang lain. Makanya Rosul bersabda 'Sungguh beruntung orang yang selalu sibuk memikirkan (Introspeksi diri) sehingga mereka tidak sempat memikirkan kesalahan orang lain. Dari ceramah yang mengundang tawa diatas sungguh sangat memprihatinkan. Dengan maksud mengungkap kesalahan orang lain dikemas dengan guyonan, padahal yang justru banyak melakukan kesalahan sebagaimana guyonan itu adalah mereka sendiri.
"Tapi bapak ibu sekalian yang saya hormati, selain syarat-syarat diatas yang paling utama adalah tuan rumah, dalam hal ini adalah takmir masjid. Walaupun lebih bagus bacaan suratnya tapi dia itu pendatang maka yangf lebih berhak dalam kontek ini adalah takmir. Karena takmir adalah tuan rumah..". Denagn pedenya beliau mengarahkan dan memplintir hadits itu, seolah-oleh yang berhak dan sebenarnya berhak untuk menjadi imam daah takmi.
Disinilah mungkin perlu di interpretasi lagi kata-kata 'Tuan Rumah'. Apakah itu benar disebut takmir??
Kata Tuan Rumah berarti orang yang punya rumah, atau dalam bahasa Arabnya Shohibul bait.
Apakah masjid ini punya-nya takmir??
Yang pas adalah, karena masjid itu adalah tempat umum maka shohibul bait disini adalah orang-orang yang berdomisili dan menjadi jama'ah di masjid. Beda dengan rumah pribadi, yang menjadi shohibul bait adalah orang yang punya rumah itu.

No comments:

Post a Comment

Silahkan ngasi komentar... bagi siapa saja...