Tuesday, September 29, 2009

Purnama di Balik Jendela (1)


Gagal Berkembang Part 1

Kembang mulai berjatuhan, padahal baru kemarin sore rasanya engkau merekah. Dahan patah akan muncul pucuk baru. Sekarang kaya, siapa tahu besok sengsara. Jika kali ini nestapa siapa tahu besok kita bahagia. Kembang itu berjatuhan, kemarin indah sekali bila beradu dengan tatapan mata. Senja di lembah jingga. Warnanya surut, meredup. Padahal tadi pagi, alam ini indah, terang, bersinar. Malampun menjelang, wajah alam sembunyi dibalik kegelapan. Malam semakin larut, gelap, pekat. Jiwapun serasa sepi, sunyi sendiri seolah tanpa arti. Putus asa, menderita, hampa. World is nothing. ‘jangan takut akan gelap, malah kegelapan yang paling pekat sekalipun ketika menjelang cahaya, saat-saat fajar menyingsing. Itulah kehidupan baru, harapan baru. Kehidupan baru.
Mas, apa kabar...?”. Satu sms masuk dalam inbox-nya Rahman. Seolah kembali ke masa beberapa tahu yang lalu. Masa-masa dia aktif di kegiatan kemahasiswaan. Masa-masa dia aktif berorganisasi, jadi aktifis. Pada waktu itu dia terobsesi dengan kata Bung Karno: ‘Untuk menaklukkan sebuah negara, taklukkan dulu seorang wanita...’. sang Proklamator kemerdekaan itu memang dikenal banyak punya perempuan. Mungkin benar kata orang, semakin seseorang banyak berfikir, maka hal itu seiring dengan naiknya nafsu libido. Makanya mungkin mengapa kebanyakan para pejabat tinggi hanya punya satu istri. Satu dirumah, satu ditempat dinas, satu di Surabaya satu di Jakarta.
Terlepas apapun alasannya, yang jelas jarang orang yang mau diduakan. Jarang orang yang mau dipoligami.
Rahman masih menatap isi pesan itu, sangat jelas wajah si pengirim terbayang dipelupuk matanya. Seorang wanita yang seksi, cantik, putih mulus. Orang yang tidak kesem-sem melihat wajahnya mungkin sedang lelap dalam mimpi, atau sedang sakit. Karena begitu cantiknya hingga teman-teman cowoknya pada waktu itu pada naksir semua. Kalau masih normal wajahnya akan selalu membayang. Dia bagaikan titisan peri dari khayangan diciptakan untuk menyebar pesona keindahan.
Di bibirnya tersungging senyum kecil. Entah apa arti senyuman itu? Yang jelas dia hanya terpaku.
Tak lama kemudian, Siska Calling.... HP di tangan Rahman berdering. Mendendangkan lagunya Naff ‘Akhirnya kumenemukanmu’. Rahman masih tetap diam tanpa reaksi.
Satu pesan dterima, ‘Mas ko g dbls ce... tlp g diangkt...’
Saat-saat seperti itu dalam beberapa bulan terahir ini sangat sering Rahman alami. Siska selalu SMS, calling. Awalnya Rahman meladeninya. Paling tidak tali silaturrahmi tidak boleh terputus. Tapi lama kelamaan terasa capek juga, telpon hanya sekedar untuk bercerita tadi malem makan di ini, belanja di itu, jalan-jalan kesini dan kesitu.
Dulu, Siska dan Rahman sempat saling suka. Walaupun tidak pernah ada kata cinta dan sayang perilaku mereka tidak bisa dibohongi. Lidah perbuatan lebih tajam dari pada lidah kata-kata. Rahman, juga enggan mengutarakan itu secara verbal. Sudah sama-sama dewasa, sudah sama-sama maha, mahasiswa maksudnya hehe...
Rahman akhirnya mau mengikat hubungan kasih itu dengan resmi ada hitam diatas putih, ada penembakan. Ternyata satu hari sebelum hari yang direncanakan Siska sudah jadian dengan Abdi, mahasiswa luar Jawa yang secara penampilan, status ekonomi dan sosial melebihi dirinya. Dia hanya bisa jalan kaki ke kampus, Abdi sudah punya kaki empat.
Walau serasa sakit dan perih dia terima kenyataan itu dengan senyum. Jodoh tidak akan kemana. Jika memang dia jodohku kata Rahman suatu saat dia akan kembali, sejauhauh merpati terbang dia kembali kesarangnya jua. Inilah yang terbaik. Cuma hal tidak bisa diterima oleh Rahman muncul gosip bahwa dirinya mengejar-ngejar Siska. Memaksakan cintanya. Betapa malu Rahman pada saat itu, apalagi teman-teman seangkatannya hampir kenal semua. Ironisnya, Siska-lah yang menyebarkan gosip tidak enak itu.
Setelah beberapa tahun ini, ternyata Abdi pulang ke kampung halamannya. Janji untuk menikahi Siska sampai detik ini tiada kabar berita.
“Brow! Eman-eman lho... cantik...”. Kata Veri sambil menepuk pundaknya. Mereka berdua akrab sejak Ospek dulu, kebetulan satu kelompok.
Rahman hanya tersenyum, lidahnya masih tak mampu mengucapkan kata-kata.
“Waduh jangan-jangan dah beda selera sekarang. Suka sama tante-tante...”. Ledek Very. Very tahu betul cerita sebenarnya antara Siska dan Rahman.
“Gimana lagi Ver, sekarang sudah waktunya kita menata masa depan. Sampai kapan hidup ini kita lewati main-main....”.
“Hoho! Bijak sekali....”.
“Sangat mungkin aku menjalin kasih dengannya, sangat mungkin aku menikahinya dan sangat mungkin aku mempermainkannya. Membangun hubungan hanya untuk kesenangan sesaat... tapi arti semua itu? Bila bangunan cinta yang saya bangun jauh dari ketulusan, jauh dari kesetiaan....”. Keduanya terdiam, tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Very walau terlihat cengengesan sejak Bapaknya meninggal kedewasaannya terasa banget. Biasanya suka dugem, sekarang lebih suka menghabiskan kejenuhannya dengan mengaji. Kemudian Rahman melanjutkan:
“Kita akan merasakan nikmatnya cinta ketika mencintai seseorag dengan hati. Bukan dengan akal dan nafsu... mencintai dengan akal akan berakhir pada untung rugi, kalau menguntungkan jalan terus, kalau merugikan cukup sampai disini. Jika mencintai karena nafsu akan berkhir dengan kesengsaraan. Lihat orang-orang disekitar kita, dengan dengan alasan cinta menghalalkan segalanya. Akhirnya tunas-tunas muda gagal merekah dan berkembang....”.
“Memang seh... saya sudah merasakannya...”. Kata Very lirih, dia teringat kisah cinta-nya yang sad-ending. “Kebahagiaan itu ternyata dihati... maka kalau mau bahagia dalam bercinta, bercinta-lah dengan hati...”.


Tiada yang lebih aneh daripada masalah cinta. Jika hati sudah bilang cinta orang bilang apapun yang ada hanya cinta. Orang bilang secantik apapun kalau hati tidak cinta semuanya serasa hampa. Kataorang cinta itu aneh tapi nyata. Orang yang mencintai dan dicintai mempunyai arah resonansi. (Bersambung)

Malang Undercover (1)

Manusia diciptakan berpasang-pasangan. Begitu juga dengan kehidupan ini, ada malam ada siang. Ada sedih ada bahagia.. Ada lapar ada kenyang. Ada orang kaya ada orang miskin. Yang paling paling adalah kemiskina mentalkada Yudi Latif dalam pembahasannya di Jawa Pos tentang Isy Kariman aumut Syahidan. Orang yang mengalami kemiskinan mental spritual tak mampu melihat hal positif dalam hidupnya, tak mampu kompromi dengan masa lalu. Memang Kefakiran itu dekat dengan kekufuran, tapi yang lebih parah adalah miskin mental-spritual, walau secara materi sudah berkecukupan akan tetapi jiwanya hampa, kosong, semuanya tanpa arti. Kebahagiaan sesungguhnya ada di hati. Mengapa harus ada miskin dan kaya? Mengapa dia miskin dan yang lain kaya? Itu adalaha rahasia Tuhan katanya.
Sudah jam 01.00 dini hari mengapa saya masih tidak dapat tidur? Padahal sudah sejak jam 21.30 tadi saya berusaha memejamkan mata ini. Ternyata perutku keroncongan, kata orang tua kalau perut sedang kosong isinya adalah amarah. Dari tai saya ingin marah terus. Tapi marah pada siapa? Orang tua karena beliau tidak mengirimku uang bulanan? Atau pada Tuhan?
Tuhan yang Maha Agung, apa sih sulitnya buat Kamu untuk memberiku makanan malam ini.... Tuhan saya lapar, Tuhan saya tidak punya rokok.... Tuhan saya tidak dapat tidur.... jawabannya hanya dingin yang semakin menusuk. Ku teguk air dalam botol disampingku. Berharap dapat membohongi perut agar tidak selalu meminta diisi. Dalam tanya dan bayang semu akhirnya terlelap juga.
Pagi-pagi sekali Andika pergi ke Komisariatnya. Berharap ada sesuatu yang dapat dia makan. Biasanya ada sisa-sisa makanan tadi malam.
Begitu sampai di halaman komisariat dia langsung disambut Rohli adaik tingkatnya.
“Gimana kabarnya mas...?”. Rohli langsung saja menyeruduk menyambar tangan Andika.
“Baik-baik saja....”. kata Andika pelan.
“Lho tangannya ko dingin... semalem begadang ya....”.
“Iya... seperti biasa....”. seperti biasa yang saya maksud adalah kebiasaan para aktifis yang senangnya begadang. Walau hanya sekedar cangkruan diskusi ringan atau ada persoalan yang di bahas.
Kadang Andika sedikit tertawa dalam hati ketika dia dan teman-temannya berdiskusi “Tentang kemiskinan di kota Malang dan upaya Pengentasannya”. Bagaimana mau mengentaskan kemiskinan orang wong kita sendiri saja masih miskin....” Gumamnya dalam hati. Biasa-lah aktifis sok idealis.
“Monggo, monggo Mas silahkan masuk...”. Rahli menarik tangan Andika.
Andika hanya diam.
Seperti biasa senior kalau datang ke komisariat adalah tugasnya yunior untuk menjamu. Menjamunya beda, mereka minta uang untuk dibelikan kopi dan rokok atau Mie Instan, menjamunya mereka yang masak-masak senior tinggal nunggu jadi.
‘Wah... Hmmmm...’ Andika kelihatan bingung. Yang ada di dompetnya hanya ongkos untuk balik ke Cabang. Rohli sudah memasaka air, dia semakin bingung.
Akhirnya tanpa sepengetahuan Rohli dia keluar menuju warung di sebelah gang masuk.
Sang pemilik warung baru saja membuka warungnya. Andika ingin ngutang rokok, kopi dan beberapa Mie Insan. ‘Tapi kan masih barusan buka....’. gumamnya dalam hati. Dia melangkah terus ke ujung jalan, disana juga ada warung, kebetulan yang punya kenal dan akrab dengan Andika.
“He...! Bos nyopo kabare...!!?”. Pemilik warung menyambut dengan wajah segar berbinar. “Lama ga kelihatan wes kerjo ta...?”.wah kerja gimana lulus saja masih belum.
“Ini Bos, saya sekarang tinggal di Basuki Rahmat...”.
“We... kerjo di sekitar sana ta? Ngono ga ngasi kabar blas...”.
Setetah sekitar seperempat jam basi-basi Andika berhasil ngutang sebungkus rokok, dan mie Instan.
Hampir seharian dia berada di komisariat. Ketika mentari sudah mulai meredup dia kembali ke Cabang. (Bersambung)

Tidak Butuh Syariah (5)


Albert Einstein dianggap manusia tercerdas di Abad 20. Dengan teori reltitivitasnya. Mengatakan “Saya tidak-lah lebih cerdas dari manusia pada umumnya. Tapi rasa ingin tahu tahu saya lebih dari manusia pada umumnya”. Rasa tidak puas merupakan kata kunci penting dalam perjalanan karier seorang Einstien.
Tidak puas, saya lebih sepakat kata tidak puas diatas hanya di khususkan dalam rangka mencari ilmu. Karena kalau untuk semua hal akan melahirkan manusia-manusia serakah yang tidak pandai bersyukur. Dalam al-Quran disebutkan kerusakan yang terjadi baik di darat ataupun di laut adalah ulah tangan manusia.
Manusia diberikan akal fikir yang membedakan dengan hewan. Andai manusia tidak punya akal maka  dia tidak ubahnya seperti hewan. Bahkan lebih hina lagi.
Hari selanjutnya saya buka jawban beliau di FB. Sebagaimana berikut:
Jangan beranggapan bahwa "sistem" adalah selalu berkaitan dengan kepentingan manusia. Di dalam sistem ada komponen fungsional, mekanisme, aturan (hukum), energi, interaksi, dan lain-lain. Semuanya harus berfungsi untuk mencapai tujuan sistem itu.

Alam semesta adalah merupakan sebuah sistem yang diciptakan oleh Allah. Keharmonisan terwujud (sesuai kehendak-Nya) jika seluruh komponen, mekanisme, hukum dan interaksi antar komponen berfungsi. Jika salah satunya tidak berfungsi, maka hancurlah (minimal terganggu) sistem alam semesta itu.

Untuk menuju kebahagiaan sejati (menuju kepada-Nya) tidak mungkin manusia mencarinya sendiri, karena manusia tidak akan pernah tahu. Allah yang mengetahui jalan sebenarnya, maka Dia menunjukkan kepada kita melalui Dienullah itu. Inilah yang disebut sistem.

Jadi, sistem jangan dipersempit hanya pada hal yang berkaitan dengan kepentingan manusia, apalagi buatan manusia. Sekali-kali tidak!



Tapi ada yang janggal, pertanyaan baru muncul lagi. Memang Allah yang Maha Mengetahui yang terbaik untuk manusia. Ibarat, sebuah mobil yang paling tahu perawatannya adalah produsen mobil itu, Allah melebihi produsen itu. 


Sistem yang dimaksud tidak hanya yang berkaitan dengan Allah akan tetapi juga dalam kehidupan di dunia ini.
Jadi kesimpulannya tetap sistem yang dimaksud itu ada  integrasi Hablumminallah dan Hablumminannas, hubungan horizontal dan Vertikal.
Nabi Muhammad suatu hari pernah mengunjungi suatu masyarakat. Salah seorang dari mereka bertanya: Bagaimana tatacara menanam pohon kurma. Beliau menjawab “Kamu lebih tahu tentang urusan duniamu” (Hadits Bukhori)
Jadi, tetap yang lebih tepat dalam hal ini meletakkan Basic Value dalam urusan duniawi, bukan dengan sebuah sistem. Apalagi disebut dengan sistem syariah. Apakah tidak lebih tepat sistem yang islami?
Pernah suatu hari saya bertemu dengan seorang sahabat. Dia mengkritik pakaian saya, katanya bukan pakaian Islam. Pakaian Islam menurut dia adalah berjubah, bergamis. Kemudian saya balik bertanya; “Bukankah Abu Jahal, Abu Lahab dan orang-orang kafir Quraisy di Mekah dan Madinah dulu juga menggunakan Seraban dan gamis? Basic value dalam Islam dalam hal berpakaian adalah menutupi aurat. Bukan baju koko, bukan gamis. Baju koko adalah pakaian khas China sedangkan gamis pakaian ala Arab. Kalau tidak salah di Arab-pun banyak orang kafir.
Kembali pada persoalan syariah, menurut hemat saya, seorang muslim harus memakainya sebagai suatu rangkaian keberagamaan. Tapi untuk urusan ibadah mahdah digunakan secara tekstual sebagaimana yang diwajibkan. Karena pada dasarnya semua ibadah itu haram kecuali yang telah diperintahkan/ditetapkan. Sedangkan untuk pola hubungan horizontal tetap menggunakan Islam sebagai Basic Value, nilai-nilai Islam yang di pake. Bukan meletakkan Islam sebagai suatu sistem.
Saya sepakat kalau sistem yang dimaksud untuk rangkaian hubungan Vertikal.

Monday, September 28, 2009

Tidak Butuh Syariah (4)

Kemudian beberapa hari kemudian saya konsultasikan ini dengan seorang yang saya anggap punya pengetahuan banyak dalam hal agama. Tapi sayang karena keterbatasan waktu kami masing-masing, kami tidak bisa mendiskusikan ini face to face. Akhirnya saya kirimkan sebuah Message lewat FB. Yang bunyinya:
"Assalamualaikum Pak, Pak...beberapa hari yang lalu saya berkunjung ke seorang kyai, kayaknya bagi beliau syariah itu tidak butuh lagi. Selengkapnya saya tulis di blog saya Pak di tamamcorp.blogspot.com atau di tamamcorp.wordpress.com
Mohon sarannya Pak..
"



Hari berikutnya saya lihat jawaban beliau di FB. Bunyinya:


"Wa'alaikum salam wr. wb. Dienullah adalah jalan hidup (pedoman hidup) yang diberikan untuk manusia, agar manusia bisa meraih kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Dienullah adalah suatu sistem. Sebagai suatu sistem, jika salah satu komponennya tidak berfungsi, maka tidak lagi bisa disebut "sistem." Syari'at, ma'rifat, hakikat, dan lainnya adalah merupakan komponen dari sistem Dienullah "Islam." Jika salah satu komponen ini tidak berfungsi, katakanlah syari'at, maka sebutannya bukan lagi sistem "Islam."

Nah, penafsiran pak kiyai yang sampeyan kemukakan tadi lebih bersifat rekaan beliau. Beliau menganggap, bahwa melalui rekaan beliau akan didapatkan kebahagiaan sejati. Padahal beliau adalah makhluk relatif yang sangat serba lemah. Dengan berbekal kelamahannya, beliau mencoba menerka-nerka jalan menuju kebahagiaan sejati. Mana mungkin akan dapat mencapainya? Yang Mutlak (Absolute) tidak bisa dijangkau oleh yang relatif. "Dia (Allah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai." (QS. AL Anbiyaa' : 23).

Manusia seringkali tidak menyadari. Mereka sering protes dan mengadili Allah, karena menurut persepsinya Allah itu tidak adil, kuno, kejam dan lain-lain. Padahal mereka itu hanyalah sekedar makhluk yang tidak tahu apa-apa dan sudah berani menilai Allah. Jangankan menilai dan mereka-reka, bertanya saja pun tidak bisa. "Pertanyaannya" tentang apa yang diperbuat Allah selalu dibatasi dari persepsi keterbatasannya.

Dalam kasus ini, ketika kita mencoba mencari jalan sendiri menuju kepada-Nya, sudah dipastikan tersesat. Sebab dimensi kita adalah dimensi relatif. Jadi yang berhak menunjukkan jalan itu adalah Allah sendiri, bukan manusia (walaupun dia mengaku dirinya sangat hebat). Kita hanya bisa menjalani, ditanyai apa yang sudah kita jalani dan mengapa kita menjalani. Itu saja.

Ketaatan seorang hamba Allah (Abdullah) jangan dikotori oleh upaya-upaya menyaingi majikan. Karena kita tidak akan pernah menjadi majikan. Kita adalah Abdullah.



Saya sangat sepakat dengan jawaban itu tapi Lagi-lagi saya muncul pertanyaan baru.
Dalam jawaban itu disebutkan bahwa: Dienullah adalah suatu sistem. Pertanyaan saya seperti dibawah ini:
"Saya Kurang sepakat kalau Dienullah (Agama Allah) itu adalah sebuah sistem. Akan tetapi alangkah lebih tepat jika merupakan BASIC VALUE. Kalau sistem itu bisa berubah, Kalau sistem itu adalah perangkat yang telah ditentukan sesuai kebutuhan manusia pada zamannya, saya sepakat jika sistem yang dimaksud hanya ibadah Mahdah atau lebih tepatnya hubungan Vertical (Hablumminallah) seperti halnya sholat. Yang ditentukan syarat rukunnya. Akan tetapi jika hubungan horizontal (Hablumminannas) Dienullah dalam hal ini merupakan Basic Value. 
Satu misal, dalam dunia perekonomian, alangkah lebih tepat jika di sebut sebagai EKONOMI ISLAMI dari pada EKONOMI SYARIAH? Karena kalau Ekonomi syariah adalah sebuah sistem baku. Kita tahu undang-undang dan hukum-hukum Islam itu sudah dicetuskan sekitar 15 Abad yang lalu, yang pada waktu itu perekonomian tidak seperti sekarang. Mungkin pada waktu itu belum ada yang namanya Bank dan sistem perekonomian seperti sekarang.
Sistem terus berkembang seiring dengan berkembangnya peradaban manusia. Kalau Islam (Dienullah) itu sebuah sistem dalam hubungan Horizontal maka Islam tidak akan diterima sepanjang zaman. Mungkin pada waktu diturunkannya sangat relevan tapi saat ini??
Mohon maaf bukan maksud Mujadalah, saya hanya ingin mencari penawar akan kerisauan hati... dan dalam hal ini bukan bentuk kesetujuan dengan SEKULARISASI yang pernah di gagas oleh Alm. Noer Cholis Madjid.
Mohon jawabannya Pak...

Tidak Butuh Syariah (3)

Kami semua diruangan itu diam... saya yakin orang-orang disekitarku sudah mengamini itu. tapi jiwaku tetap menolak. Bagaimana-pun syariah itu adalah rangkaian keagamaan yang Kaffah. Yang saya fahami, puncak dari Sufistik dan pengamalan Islam secara Kaffah itu adalah Nabi Muhammad SAW. Beliau masih menggunakan syariah. Dalam al-Quran jelas-jelas disebutkan bahwa Para Rosul itu adalah suri tauladan yang baik (Uswatun Hasanah).
"Setahu saya sholat itu dalam al-quran diwajibkan, bukan hanya itu banyak hal-syariah yang di jelaskan dalam al-Quran karena memang Sumber syariah adalah Quran, Hadits baru Ijma' Ulama...". Saya mencoba memecah keheningan itu.
Beliau masih tetap tersenyum, dari wajahnya kelihatan sangat meyakini apa yang beliau katakan dari tadi. Dengan perlahan beliau menjawab: "Al-Quran itu hanya sebagian saja dari ayat-ayat Allah. Masih ada banyak ayat lain yang tidak tertuang dalam al-Quran...".
saya bingung dengan jawaban itu, apa kaitannya dengan tidak menggunakan syariah...??
"Setahu saya, ayat Allah itu ada Ayat Qur'aniyah dan Ayat Kauniyah. Ayat yang tertulis dalam al-Quran dan ayat yang ada di alam raya ini...Setahu saya semuanya tidak ada yang melarang menggunakan syariah...".
Dalam pikiranku berkecamuk rasa antara setuju dan tidak, tapi lebih banyak tidak setujunya. Karena dari tadi beliau sedikit dalil al-Quran dan Hadits yang beliau sampaikan. Saya tahu beliau sangat tahu banyak tentang dalil-dalil itu karena beliau lulusan Al-Azhar Mesir. Yang ada lebih banyak mengeluarkan perumpamaan-perumpamaan. Sedangkan sudah jelas dalam Islam, ketika kita bingung untuk menentukan suatu hukum kembalilah ke Al-Quran dan Hadits setelah itu baru Ijma' Ulama.
Sekitar, jam 02.00 kami pulang. Keadaan sangat dingin mencekam. Serumit dan Seruwet pikiranku... Dengan pertanyaan yang belum terjawab: "Apakah karena saya yang belum sampai ke Maqam beliau, atau bagaimana...?
Wallahua'lam

Kitab Digital Gratis, Al-Maktabah Al-Syamilah


Kitab Digital Gratis Al-Maktabah Al-Shamilah


Assalamualaikum Wr. Wb.


Kitab tidak ubahnya seperti buku, dalam bahasa Arab-nya Kitaabun, berasal dari Kataba (menulis) Yaktubu (sedang atau akan menulis) Kitaaban (tulisan). Cuma kata-kata kitab . pada dasarnya kitab sama saja dengan buku biasa. Kalau kita ambil pengertian kitab diatas kitab itu adalah buku. Dalam bahasa Indonesia tidak punya kata asli untuk kitab, kata kitab diadopsi dari bahasa Arab. Jadi, kitab dan buku sama saja.


Ko jadi nglantur ya padahal sebenarnya disini saya Cuma ingin ngasi tahu bahwa ada software kitab yang berisi sekitar 6.688-enam ribu enam ratus delapan puluh delapan- Kitab digital (ini yang saya menurut seorang teman sudah ada tambahan sekitar 2000 kitab lagi). Kita bisa mencari jawaban terhadap satu pertanyaan dengan mengetikkan satu kata kunci saja. Misalnya, mau mencari kata perempuan (Annisa’), ketik kata itu di kolom pencarian maka akan muncul pembahasan-pembahasan mengenai perempuan, tidak berhenti disitu saja, kita-pun bisa mencari pembahasan di kitab yang biasa kita jadikan referensi, misalnya tafsir Al-Jalalain, atau Sholeh Bukhori.


Akan tetapi, bagi kita yang belum melek bahasa Arab hal ini terasa menyulitkan, karena semua teks dalam bahasa arab. Ya jelas saja Brow! Namanya juga kitab, kalau tidak menggunakan bahasa Arab itu bukan kitab namanya hehehe..


Ukuran masternya sekitar 4,7 GB. Instaallnya mudah klik saja autorun-nya maka akan muncul kotak dialog:


Kalau masih ingin tahu banyak tentang Al-Maktabah Al-Syamilah klik Mengenal Program. Setelah itu klik MENU UTAMA dan Instalasi Program. Program akan melakukan proses Extract sendiri. Tunggu ja Brow sampai selesai. Setelah itu, Anda akan bisa menggunakan software ini.
Ingat, lokasi tempat Extract file ada free-space minimal 15 sampai dengan 20 GB, karena file extract program ini sekitar 14 GB.


Bagi Anda yang belum punya, wah ketinggalan banget tuh.... hehehe.. tenang saja bagi kawan-kawan yang berada di sekitar Malang saya bisa memberikannya dengan gratis. Kalau di luar kota ya kirimin ongkos dooonk! Besarnya sesuai dengan ongkos kirim tempat Anda masing-masing..


Demikian kurang dan lebihnya mohon maaf, saran kritik ke http://tamamcorp.wordpress.com atau ke http://tamamcorp.blogspot.com kalau silaturrahmi dengan Face Book cari aja di facebook neo_soekarno2006@yahoo.co.id


Wassalam.


Biografi Penulis:
Nama                      : Andi Tamam
Tempat Tinggal     : Malang Jawa Timut
E-mail                     : tamamalfarisy@yahoo.co.id
Web                        : http://tamamcorp.wordpress.com
                                  http://tamamcorp.blogspot.com
Skill Prog.              : Macromedia/Adobe Flash, Macromedia/Adobe Dreamweaver, Adobe   Photoshop, Corel Draw dan semua program yang berkaitan dengan Multimedia Pembelajaran serta Web Design.
Organisasi             :
a.       HMI,
b.      Tamam Copporations
c.       Electrical Engeneering of Widyagama University
Jabatan-jabatan     : Pengurus komisariat, cabang dan Badko HMI Jatim
Pendidikan             : Teknik Elektro Universitas Widyagama Malang
Motto Hidup            : Hidup itu Indah, Nikmatilah selagi ada Kesempatan untuk Menikmati

Bisnis                      : Perangkat Pembelajaran Multimedia Interaktif, Jual Beli dan Perbaikan laptop/Note Book dan Komputer.




Sunday, September 27, 2009

Madura is Flat (2)

Langit sudah memerah, sebentar lagi malam akan menelan cahaya. sebentar lagi sang tenggelam ke peraduannya. Bis yang kami tumpangi melaju pelan tapi pasti. Disana-sini banyak terlihat orang-orang lalu-lalang, mungkin mereka pulang kerja atau mau keluar sekedar menunggu malam. Malam ga ditunggu-pun pasti datang hehe… dalam lamunanku melihat orang-orang ini saya jadi teringat beberapa waktu yang lalu sempat melihat post-nya seorang kawan yang mengatakan dan mempertanyakan bagaiamana masyarakat Madura paska terbangunnya suramadu, yang akan membawa perubahan diberbagai segi, sedangkan masyarakat Madura enggan menyekolahkan anaknya..”. katanya demikian di posting salah satu blog di internet.


Kalau dikatakan “Orang Madura Enggan Menyekolahkan Anaknya” kayaknya kata-kata itu kurang pas, setahu saya tidaklah demikian. Bukannya enggan menyekolahkan anaknya melainkan kebanyakan masyarakat Madura lebih memilih pendidikan pesantren dibandingkan pendidikan umum.


“Mas jama berapa kita berbuka?” Tanya Ayak.
“Ya, bentar lagi. Sekitar setengah jam”. Kataku sambil melirik jam tangan. “Wah, kamu ini hebat ya… masih sanggup berpuasa…”.
“Iya mas… eman-eman kan kalau batal nanti ada tanggungan hutang puasa…”.
Ayak, ayak… gumamku dalam hati, setahu saya Allah memberikan keringanan untuk tidak berpuasa bagi orang yang sedang bepergian. Dan kalau ga salah Allah menganggap sombong orang yang tidak menggunakan rukhsoh-Nya hehe… itu apologi saya saja she… karena saya ga puasa.
“Mas, itu orang lagi ngapain saja…”. Kata Ayak sambil menunjuk anak-anak muda dipinggir jalan. Meraka kayak cangkruan. Nyantai bareng sambil menunggu datangnya waktu berbuka.
“Oooo.. itu, orang-orang yang ‘Nyare Malem’ atau dalam bahasa jawanya Ngabuburit…”. Jawabku singkat. Nyare malem adalah kebiasaan masyarakat menjelang buka puasa di bulan ramadlan. Hal ini bukan saja dilakukan oleh masyarakat Madura akan tetapi hamper semua masyarakat yang nota bene muslim. Biasanya hanya duduk-duduk dipinggir jalan. Atau sambil jalan-jalan santai. Sekitar 15menit sebelum buka puasa mereka sudah pada kembali ke rumahnya masing-masing.
“Itu mas lambing apa?”. Kata Ayak, tatapan matanya menuju kearah gambar besar seorang ksatria. Dengan baju iris-iris merah putih, udheng dikepala, sebelah tangannya memegang sebilah celurit. Dia-lah pak sakera. Wah, saya jadi membayangkan kepahlawanan beliau. Kalau memlihat sepintas sangar memang penampilannya. Kayak orang yang suka berbuat jahat, keras. Akan tetapi lambing Sakera sebenarnya adalah lambing kerasnya karakter orang Madura, keras dalam segala hal. Tapi pertanyaannya sekeras lambing itukah nantinya masyarakat Madura ketika banyak budaya-budaya luar yang masuk, semoga saja…
Tidak mudah untuk konsisten terhadap adat istiadat. Semuanya akan bergeser sesuai denga perjalanan sang waktu. Semuanya akan berubah, tak terkecuali perubahan itu sendiri. Pertanyaannya adalah perubahan apa yang kita inginkan?? Dunia ini dinamis, yang muda sekarang kelak akan menjadi tua. Dulu berbicara dengan orang pada saat yang sama di lain tempat adalah dongeng para orang tua, sekarang dengan perkembangan zaman semuanya bisa. Malah kita bisa bicara face to face dengan orang nun jauh disana dengan adanya teknologi 3g. semuanya akan berubah, kecuali Tuhan yang tiada kan pernah berubah.
Dengan rampungnya Suramadu ini Madura akan mengalami banyak perubahan, salah satunya perubahan dalam budaya. Semoga masyarakat Madura yang terkenal agamis kelak tidak hanya menjadi cerita orang tua belaka. Semoga konsistensi keberagamaan ini tetap terpatri dalam jiwa masyarakat Madura, Amien.

Tidak Butuh Syariah (2)

"Ada beberapa tingkatan dalam beragama..." kata Beliau. "Yang Pertama, syariah, tharekat, Hakekat dan Makrifat...Syariah adalah bagian terluar. Jadi, orang yang tidak pernah melangkah ke tahapan selanjutnya...".
Tahapan selanjutnya yang dimaksud adalah Tharikat, Hakekat dan Makrifat. "Orang yang masih selalu berkutat pada syariat (Mengamalkan Syariat) maka dia mandeg disitu...". Lanjut beliau.
kemudian saya bekomentar; "Bukankah, syariat itu untuk membentuk karakter dan kepribadian seorang muslim?".
"Iya betul, tapi apakah kita hanya terus pada training itu. Ketika orang sudah lulus training apakah dia selalu dalam training itu. Ada hal yang lebih penting, yakni mengamalkan apa yang kita dapat dari Training itu...".
"jadi, ketika kita sudah sekian lama berada dalam syariah, untuk menuju tahapan selanjutnya harus meninggalkan syariah itu....?"
Dengan santai beliau menjawab: "Sekarang saya ibaratkan seorang anak kecil yang diberikan aturan sama orang tuanya, bahwa dia TIDAK BOLEH KELUAR RUMAH SETELAH MAGHRIB. Pada suatu saat ketika maghrib tiba ada jemuran yang belum di entas (di bawa kedalam rumah), trus, si bapak nyuruh ke anaknya untuk mengambil pakaian itu, apakah tidak boleh sia anak mengambilnya. sedangkan itu perintah Bapaknya? Syariah bagaikan aturan yang dibuat si bapak untuk si anak itu..."
saya hanya diam sambil mencoba menelaah benarkah apa yang dikatakan beliau itu. Sabil menghisap sebatang rokok beliau melanjutkan, "Kamu tahu telur? ada beberapa bagian dalam telur. Bagian terluar adalah kulitnya yang keras, kedalam sedikit ada kulit putih tipis yang rasanya sepet bila dimakan. Kemudian ada putih telur yang rasanya agak kenyal, namun tidak terlalu nikmat kalau tidak dicampur dengan bahan lain. Bagian yang paling dalam adalah merah telur (Folk), dan ternyata inilah yang paling enak. Tanpa dicampur apapun rasanya sudah begitu nikmat. Seperti inilah orang yang sudah makrifat, dia tidak butuh apapun hanya butuh Allah. Dan ini sangat nikmat sekali. Kamu kalau makan telur tidak bisa memakan semuanya, apalagi makan sama kulitnya...? Begitu juga dengan orang beragama...?"
"Jadi, Syariat, tharikat, hakekat dan makrifat itu tidak bisa berjalan bersama?" tanyaku.
"Ya seperti makan telur itu tadi..." Jawab beliau singkat.
Namun saya masih belum puas dengan jawabannya, "Yang saya tahu, Nabi Muhammad adalah suri tauladan bagi kita, beliaulah manusia yang mampu secara totalitas (Kaffah) menjalankan agama ini dan beliau masih menggunakan syariat...??"
Beliau hanya menjawab, "nabi Muhammad kan punya tugas untuk syiar. Memang sedikit orang yang mampu menempuh jalan ini, kebanyakan orang masih berputar di syariah..."
(To be continued)

Tidak Butuh Syari'ah (1)

All Road Lead to Rome... Kurang lebih artinya "Banyak jalan menuju Roma". Ketika kita menuju satu tujuan, tidak hanya bisa meleawti satu jalan. Melainkan banyak jalan-jalan berbeda namun punya tujuan yang sama. Demikian juga dengan beragama, meskipun menurut sebagian orang hanya jalannya yang ditempuh itu adalaha yang terbaik bagi dia mungkin bagi orang lain itu jalan yang salah dan sesat.
Jangankan antar agama, pemeluk agama yang sama sekalipun akan saling menyalahkan ketika punya cara pandang yang berbeda.
Dalam kesmpatan ini sedikit saya akan sharing tentang beberapa perbedaan jalan dalam islam. Hanya sekeda r pandangan yang mungkin bisa benar menurut sebagian orang atau bisa sangat salah bagi lainnya.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa syariat merupakan hal penting dalam agama Islam. Karena disinilah aktivitas dan perilaku serta karakter seorang muslim dibentuk. Syariat seperti halnya denyut jantung dan hembusan nafas dalam beragama. Sedangkan hatinya adalah keimanan dan ketakwaan kita pada Allah.
Nilai keberagamaan seseorang diawali dengan iman. Iman ini menjadi pangkal dalam sebuah agama. Karena keimanan akan otomatically terkejawantahkan dalam perilaku kehidupan. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa: Iman adalah pembenaran di hati. Di ikrarkan dengan lisan dan diamalkan dalam perbuatan… jadi keimanan itu tidak cukup dengan pembenaran, akan tetapi harus ada tindakan nyata dalam implementasi kehidupan.
Sekarang coba kita ulas tentang aliran yang tidak menggunakan syariat.
Beberapa hari yang lalu saya kebetulan banyak diskusi dengan salah seorang tokoh kharismatik dan punya khazanah yang luas dalam pengetahuan agama. Lama kami berdiskusi, yang saya rasakan beliau begitu mantap keimanannya, termasuk juga dalam pemabahasan mengenai tanggung jawab agama dalam individu dan social. Bahwasanya seorang muslim sejati tidak hanya mampu menguasai kesalehan individu dia-pun harus menguasai kesalehan social. Karena sesuai dengan sabda nabi “Manusia terbaik adalah dia yang bermanfat buat orang lain”.
Tapi hal yang mengganjal dihati, ketika beliau membahas tentang syariah…??? (to be Continued)

Tuesday, September 22, 2009

Malam Sunyi

Malam ini begitu sunyi, sepi, senyap. Tarian hari melambai seiring detak lambaian kesunyian malam. Menyapa bayang nurani yang terbelenggu dalam kerinduan. Rindu melihat wajahmu, membelai rambutmu. Ingin mendengarkan suara lembutmu. Sayang… malam ini aku begitu merindukan kehadiranmu… dalam bayang kerinduan ini ku coba mencurahkan rasa hati diantara tarian jari-jemari ini berharap kerinduan hati segera terobati. Tapi yang ada hanyalah menambah sendunya kerinduan ini. Aku tak tahu apakah disana kamu juga merindukan aku sebagaimana aku meerindukanmu…
Bayang lembut embun, bertebaran menyelimuti jagad raya. Terbang berangkulan bersiap mnyambut fajar yang sebentar lagi menyingsing. Itulah lambang awal kehidupan ini, kehidupan indah yang akan kulalui bersama, bersama cinta kasih dan sangmu…
Ya Allah… Tuhan semesta alam, ridloilah jalinan cinta ini dibawah naungan keagungan-Mu…. Jadikanlah kami sepasang kekasih sejati sampai kakek-nenek nanti… Jadikanlah cinta ini sebagai wujud pengabdian kami kepada-Mu…Tuntunlah kami dalam menjalani bachtera cinta hingga kami bertambah dekat dengan-Mu…
Cintaku….bangunlah sayang, sebentar lagi fajar menyingsing. Sujudlah di keharibaan Ilahi Rabbi… adukanlah kepada-Nya keluh kesah dalam kehidupanmu, agar kamu selalu tersenyum dalam bahagia… basuhlah wajahmu dengan dengan sucinya air wudlu… jadilah wanita sholehah. Engkaulah pemimpin rumah tanggamu, akulah pemimpin keluargamu kelak… bangunlah sayang dekatlkanlah wajahmu diantara lembutnya tempat sujud.
Sayang… andai malam ini membawaku disisimu. Akan kupeluk dirimu, akan kubelai wajahmu, akan kulindungi dirimu dari dinginnya angin malam. Akan kujaga dirimu sampai pagi menyapa.
Ditengah seperempat malam yang indah ini, ingin ku ucapkan kepadamu bahwa aku menyayangimu melebihi sayangku pada diriku sendiri. Jangan pernah sia-siakan cinta ini… rawatlah, jagalah… marilah kita arungi kehidupan ini dengan bachtera cinta kita.
Adekku yang baik… seperti halnya malam, tiada kan pernah ada tanpa adanya siang. Seperti halnya bunga tidak akan pernah ada tanpa adanya tangkai. Seperti halnya bulan tiada kan pernah ada tanpa adanya siang. Begitulah aku dan kamu. Tiadalah dirimu tanpa adanya aku, dan tiadalah aku tanpa adanya dirimu. Karena aku adalah dirimu dan dirimu adalah diriku….
Adekku yang baik… hidup ini selalu berjalan memutar. Ada sedih ada bahagia, ada tangis ada tawa. Begitu juga perjalanan cinta dan kasih sayang kita akan dihiasi dengan tangis dan tawa, semoga tangis dan tawa itu menambah eratnya cinta kita. Menaburkan keindahan dalam perjalanan kasih sayang kita. Jika keraguan menguasai hatimu, itu hanya godaan syaitan yang iri akan sucinya cinta kita. Yakinkankanlah selalu dihatimu bahwa aku mencintaimu, hanya kamu yang aku sayangi…. Cintailah aku karena mencintai Pencipta-ku. Insya Allah cinta ini membawa kebahagian kita di dunia sampai akherat kelak…
Malam ini 10 malam terakhir bulan suci ramadlan. Setiap doa yang dipanjatkan terkabulkan. Saya bersimpuh dalam linangan air mata doa ‘Semoga aku dan kamu menjadi lebih baik dan tambah beriman dengan hadirnya cinta ini… semoga kita bahagia sampai tua kelak dan di akherat nanti…’
Sayang… seluruh jagad raya terdiam mendengar bisikan doa ini. Mereka-pun mendoakan yang sama pada Allah untuk kita… para malaikat-pun tersenyum merestui niatan tulus ikhlas ini…
Sayang…. Aku sungguh sayang padamu…

Madura is Flat


Setelah lama berputar di kota Surabaya akhirnya bis yang kami tumpangi sampai pada jembatan bersejarah yang menghubungkan Surabaya dan Pulau Madura. Suasana mulai rame banyak komentar-komentar yang otomatically muncul dari bibir penumpang. Gorden jendela bis hampir semuanya tersingkap. Tampaknya kebanyakan penupang ingin menikmati suasana diluar.
“Kak ini jembatan apa namanya kok panjang banget….?” Kata Ayak setengah takjub.
“Ini namanya jembatan suramadu. Ini lho yang sering masuk di siaran TV…”
“Oooo….” Ayak kayaknya sudah tidak konsetrasi dengan jawaban itu. Ia lebih larut dengan pemandangan yang terhampar di depan matanya.
“Indahnya ya….”. Bisikku pada Surya.
“He ee…”. Surya-pun sudak ga konsentrasi dengan bisikanku. Matanya seolah melahap semua dihadapannya, tak ingin terlewatkan sedikitpun.
Orang-orang begitu terkesima dengan jembatan yang panjang ini. Begitu hebatnya sang arsitek. Bagaimana lautan tiang-tiang penyangga ditancapkan di tengah-tengah lautan yang begitu dalam. Bagaimana alat-alat berat mengangkut semen, pasir dan diramu detangah-tengah lautan ini.
Takjub dan sangat takjub. Tapi kalau kita lihat lebih jauh siapa yang telah menancapkan pondasi-pondasi gunung kedalam perut bumi. Bagaimana ada semburan api keluar dari perut bumi. Bagaimana langit nun jauh diatas sana indah tergantung dengan hiasan lazurdinya yang membiru. Siapa-kah Sang Arsitek? Bisakah manusia membuat hal yang sama? Tiada yang bisa menjadi arsitek kecuali dia yang Maha Kuasa.
Kelihatan sekali kalau jembatan ini barusan saja di bangun. Di kanan kiri masih tampak beberapa bagian kecil belum selesai.
Sang mentari sudah bergeser sepenggalan ke arah barat Pertanda hari sudah menjelang sore. Indonesia kini masih tetap seperti yang dulu. Seperti desa ini masih tetap seperti yang dulu. Tak ada perubahan. Tadi pas pulang kebetulan melewati jembatan yang katanya terpanjang se-Asia Tenggara. Ada juga yang bilang terpanjang ke-5 sedunia. Jembatan Suramadu. Demikian orang-orang memanggil jembatan ini. Mungkin karena jembatan ini menghubungkan antara Surabaya-Madura makanya disebut dengan jembatan Suramadu.
“Kak panjang banget ya…” Kata Shinta yang kebetulan mudik kali ini dia ikut. Dia bersama kakaknya lebaran dirumah mertua di pulau ini. Dengan wajah yang agak heran dia terus memelototi hamparan lautan yang membentang.
“Sudah lama aku ga lihat pantai….”. Gumamnya pelan. Ayak-pun demikian dia tak kalah takjubnya melihat pemandangan ini. Ayak adalah adik Shinta. Mereka berdua kakak beradik. Mereka adalah adik ipar dari Surya temanku.
Bis terus melaju dengan kencang. Memang saya rasakan dengan adanya jembatan ini mengurangi tingkat kemacetan. Biasanya Hari Raya -5 pelabuhan penyeberangan yang menghubungkan dua pulau ini macet. Bisa sampe berjam-jam hanya untuk menyeberang. Dan asyik dan enjoy memang dengan adanya jembatan ini kemacetan yang melelahkan dan membosankan tidak terjadi.
Jembatan ini sebenarnya dibangun sekitar 10 tahun yang lalu. Tapi baru dapat dirampungkan pada pertengahan tahun 2009 ini. Ada banyak kontroversi yang muncul diawal-awal pembangunannya. Sebagian besar ulama pulau Madura menolak dengan alasan yang sangat rasional menurut pemahaman mereka. Dengan adanya jembatan ini secara otomatis akan membawa dampak budaya yang bisa mengurangi nilai-nilai luhur yang telah lama terbangun di pulau ini. Tapi disisi lain pihak tertentu justru sangat mendukung. Karena dengan dibangunnya jembatan ini memungkinkan banyak investor baik asing ataupun dalam negeri untuk membangun infra-struktur di pulau ini. Dengan harapan nantinya dapat membawa perubahan dan perbaikan perekonomian masyarakat setempat. Atau jangan-jangan penduduk di pulau ini akan menjadi tamu di rumahnya sendiri karena tidak siap menghadapi persaingan yang akan muncul. Mungkin hal ini yang muncul di benak para ulama-ulama yang menolak tersebut.
Tapi yang pasti ketika perubahan itu datang akan banyak terjadi trasnsformasi budaya yang biasa mengikis budaya setempat. Dan lebih cenderung kearah negatif.
Memang biasanya kemajuan kemajuan suatu daerah dalam hal ini kemajuan industri berbanding terbalik dengan peningkatan moral dan budaya.
Apapun yang menjadi kontroversi yang pasti jembatan ini sudah selesai dibangun. Dan sejak sekitar 1,5 bulan yang lalu diresmikan presiden.
“Hallo…. Dek pean tahu tak ceritain ya..” Kata Andi seraya menempelkan HP di telinganya.
“Ne Aasyik banget dek, saya sudah sampe di jembatan Sura-Madu…”. Katanya sambail setengah berseru kegirangan. Karena dia baru kali ini melewati jembatan ini.
Wee… senengnya rek…. Bagus mas ya..??” dari seberang menjawab.
“Ya Iya lah… Suramadu gitu lho…”.
“Sebagus apa she… jadi pengen lihat…”.
“Sejauh mata memandang terhampar lautan membentang. Ada banyak burung camar beterbangan saling bernagkulan, kadang bersenggolan berebut ikan. Kanan-kirinya tempat sepeda. Sedangkan jalur lebar ditengahnya khusus kendaran roda empat. Ditengah-tengah jembatan agak menanjak kemudian beberapa meter ke-atas. Mungkin dibawahnya tempat kapal yang mau lewat. Kata sebagian orang sih bisa diangkat….kayak buka tutup itu paling ya….”.
”Ko paling seh….. “
“Iya habisnya saya bukan arsiteknya hehehe…”
“Trus rame ga mas…?”
“Ruaaame Pol!!! Tapi sayang kayaknya ga bisa berhenti ditengah-tengahnya untuk melihat pemandangan. Malah barusan tadi saya lihat polisi mengahmpiri ketika salah-satu kendaraan mandek ditengah-tengah jembatan…”
“Oooo… mungkin terlalu berbahaya….”.
Memang jika diperbolehkan berhenti di tengah-tengah jematan ini sangat besar bahayanya. Ini juga bisa menjadi tempat bunuh diri yang efektif.
Pulau Madura terkenal kental budayanya. Jangankan di tanah kelahirannya sendiri dimana tempat orang Madura berada tetap dia bawa budaya nenek moyangnya.
Jadi teringat salah seorang teman saya ketika dia korespondensi dengan MH. Ainun Nadjib di lapangan luar Gajayana Malang. Ketika itu tema yang diangkat cak Nun tentang Pemilihan Presiden ditaun 2004.
“Cak saya mau nanya. Dari serangkaian pemaparan cak Nun tadi kayaknya belum mengarah pada satu kesimpulan calon Presiden yang pas untuk kebutuhan bangsa indonesia saat ini.”. Hadirin semuanya menyimak korespondensi itu. Sebelum cak Nun menjawab teman saya itu melanjutkan. “Saya harap cak Nun menjawabnya dengan bahasa Indonesia saja…”.
Mendengar itu cak Nun balik bertanya, “Jenengan  orang mana?”.
Teman saya menjawab. “Madura…”. Langsung serentak penonton ‘Geeeeeeerrr!!!!’
“Beginilah orang Madura, dimana-dimana selalu pake bahasa Madura. Beda sama orang Cina. Di jawa mereka pake bahasa jawa. Di kalimantan dia pake bahasa kalimantan di jawa barat mereka pake bahasa sunda. Tapi orang Madura dimana-mana tetep saja pake bahasa madura…”.
“Geeeeeeeeerrr!!!” kembali penonton serempak bersorak.
Karena mungkin bahasa merupakan salah satu bagian penting dalam suatu komunitas masyarakat makanya orang Madura seperti itu.

----------o0o----------

Bis yang kami tumpangi telah sampai di bibir pulau Madura. Ada pertigaan disini. Kekiri mungkin kerah Kamal, tempat pelabuhan. Tapi kami tetap saja luru kedepan. Setelah beberapa kilometer sampailah pada pertigaan yang ke-2. Disini jalur utama jalan antar kabupaten. Jalan yang biasanya dilewati oleh bis-bis dari jalur surabaya ke tujuan akhir Sumenep.
Jalanan tampak sepi, tidak seperti hari-hari biasanya. Mungkin karena hari ini masih dalam suasana bulan puasa. Dari tadi pedagang asongan tidak seperti biasanya juga. Hanya tampak seliweran sebagian saja.
Alhamdulilah, di Madura makan siang hari di bulan ramadlan keihatan aib. Tidak seperti di kota-kota besar disini walau mungkin ada sebagian warung yang masih buka tapi biasa masih sembunyi-sembunyi atau paling tidak masih di tutupi tabir biar yang sedang di dalam warung tidak keihatan orang. Mungkinkah suasana ini masih tetap terjaga jika beberapa tahun yang akan datang pulau ini banyak dihuni oleh pendatang dari berbagai tempat. Apalagi kalau para pendatang itu adalah turis-turis asing?.
“Yah, yah… “ kata Fahri sambil menunjuk ke botol minuman anak kecil. Fahri masih berumur sekitar 2 tahun. Dia hasil perkawinan antara orang Madura dan Sumbawa. Tapi tinggalnya di Malang.
“Ini nak…”. Kata Surya sambil menunjuk ke salah satu botol minuman di tasnya. Fahri mengangguk. Langsung saja tanpa fikir panjang Fahri meneguk minuman itu. Hal yang sama tidak mungkin sama terjadi ketika hal itu dlakukan  oleh orang dewasa. Makan atau minum siang hari di bulan puasa. Karena hal tersebut merupakan aib dalam tradisi Madura.
Bis terus saja melaju, meninggalkan kepulan-kepulan asap yang menyengat. Inilah polusi udara. Yang punya kontribusi bocornya lapisan ozon. Mau bagaimana lagi wong masih fasilitas inilah yang ada di negeri ini.
Sampai disatu tempat, banyak orang-orang berhamburan dalam masjid. Ooo sekarang bulan puasa, gumamku.
Tampaknya masjid merupakan masjid jamik. Biasanya setiap kota atau kabupaten ada masjid yang menjadi sebuah ikon. Dan desain serta bangunannya biasanya berbeda tergantung masyarakat  setempat.
Ada satu hal yang menarik dan ini patut di banggakan. Setahu saya, di kota-kota besar ketika hari jum’at banyak orang-orang yang duduk berderet di bibir pintu keluar majid. Dihadapannya ada tempat semacam kaleng. Mereka berharap orang-orang yang barusan dari masjid melemparkan barang satu dua keping uang receh. Mereka adalah orang yang meminta-minta. Diantara mereka masih banyak yang mampu bekerja untuk mencari penghasilan. Tapi entah mengapa kok kayaknya lebih enjoy mencari penghasilan dengan meminta-minta. Padahal dalam ajaran agama sudah jelas tangan diatas itu lebih baik dari tangan dibawah. Dan kebetulan di Madura tidak ada terlihat seperti itu. Ataupun mungkin ada di beberapa tempat itu mungkin sebagian saja. Karena meminta-minta bagi orang Madura adalah suatu aib. Apalagi meminta-minta pada orang lain yang tida dikenal.
Jalanan masih tampak sepi. Dalam hari biasa untuk sampai dari satu kota kota lainnya harus menempu dua jam saat ini bisa di tempuh dalam satu jam.
Akhirnya rombongan bis kami mampir di sebuah pesantren.
“Brow! Gantian ya…biar aku turun dulu…”. Kata Surya. Banyak penumpang yang turun. Untuk sekedar melepas lelah, melihat suasana sambil menghirup udara segar. Udara yang tidak pernah didapatkan di kota-kota besar. Karena disini masih alami. Belum terkontaminasi oleh asap atau limbah pabrik. Mungkinkah suasana ini masih bisa dipertahankan beberapa tahun yang akan datang jika di area ini sudah banyak dibangun pabrik-pabrik yang melahirkan sampah-sampah industri?
“Ok…” jawabku singkat.
Pesantren ini di bangun sederhana. Tidak betingkat seperti lembaga-lemabag pendidikan di kota-kota besar. Dengan biaya murah masyarakat sudah bisa menitipkan anak-anaknya untuk ditempa disini. Di beberapa sudut bangunan terlihat beberapa santri sedang ngaji kitab. Biasanya di bulan ramadlan kegiatan pesantren lebih fokus pada kitab-kitab klasik karya para salafusshalih.
Memang, di Madura ada banyak warna dalam tradisi pengajaran pesantren. Ada yang murni hanya mengajarkan kitab-kitab kuning (kitab syarah yang gundul tapa harokat, biasanya karangannya ulama-ulama klasik). Ada sebagian menyeimbangkan pendidikan agama dan umum. Pada pagi hari para santri ke sekolah umum. Sore sampai malam belajar kitab. Ada juga yang hanya mengadopsi sistem pesantren. Hampir 80 % kurikulumnya umum seprti sekolahan pada umumnya. Cuma semua murid di asramakan seperti pesantren dengan kewajiban sholat berjama’ah setiap waktu.
Tak lama kemudian surya datang. Saya-pun segera beranjak keluar. Dari tadi sudah tidak tahan mau ke belakang.

Monday, September 14, 2009

Blog Wordpress (1)

Pertolongan Pertama Modifikasi Blog Wordpress | isaninside.net

Shared via AddThis

Al-fatihah

Hadits Shahih Al Bukhari: Al Fatihah Sebagai Ruqyah dan Meminta Upah Untuknya

Neraka dan Surga

Hadits Shahih Al Bukhari: Tentang Neraka dan Surga

Imam Bukhori

Hadits Shahih Al Bukhari

Mas Rohan (2)

Shalat taraweh berjalan seperti biasa. Ceramah di letakkan antara halat taraweh dan witir. Yang menjadi pengganti imam shalat adalah Pak Rahman sedangkan yang mengisi ceramah Pak Hafidz.
Pak Hafidz adalah ketua takmir. Setahu saya beliau membaca al-Qur'an dengan huruf latin. Mungkin diwaktu kecil beliau tidak mendapatkan kesempatan belajar ngaji secara intensif. Tema ceramahnya mengangkat syarat menjadi seorang imam shalat.
Ada banyak hal yang beliau paparkan salah satunya menjadi imam harus fasih bacaan al-Qur annya. Sambil disisipkan guyonan-guyonan beberapa imam yang sering salah jawabannya. Saya malah bingun ini menertawakan orang atau malah menertawakan diri sendiri. Karena setahu saya banyak bacaan imam shalat di masjid ini yang tidak sesuai dengan kaidah bacaan al-Qur'an. Lama guyonan itu berlangsung, dan hampir semua orang yang hadir tertawa terbahak-bahak, padahal hati kecilku juga ketawa cekikikan karena pada dasarnya mereka menertawajan diri senidiri.
Memang, sungguh sangat sulit untuk mengerti dan memahami kesalahan dan kelemahan kita. Yang justru jelas ketahuan adalah kesahalan orang lain. Makanya Rosul bersabda 'Sungguh beruntung orang yang selalu sibuk memikirkan (Introspeksi diri) sehingga mereka tidak sempat memikirkan kesalahan orang lain. Dari ceramah yang mengundang tawa diatas sungguh sangat memprihatinkan. Dengan maksud mengungkap kesalahan orang lain dikemas dengan guyonan, padahal yang justru banyak melakukan kesalahan sebagaimana guyonan itu adalah mereka sendiri.
"Tapi bapak ibu sekalian yang saya hormati, selain syarat-syarat diatas yang paling utama adalah tuan rumah, dalam hal ini adalah takmir masjid. Walaupun lebih bagus bacaan suratnya tapi dia itu pendatang maka yangf lebih berhak dalam kontek ini adalah takmir. Karena takmir adalah tuan rumah..". Denagn pedenya beliau mengarahkan dan memplintir hadits itu, seolah-oleh yang berhak dan sebenarnya berhak untuk menjadi imam daah takmi.
Disinilah mungkin perlu di interpretasi lagi kata-kata 'Tuan Rumah'. Apakah itu benar disebut takmir??
Kata Tuan Rumah berarti orang yang punya rumah, atau dalam bahasa Arabnya Shohibul bait.
Apakah masjid ini punya-nya takmir??
Yang pas adalah, karena masjid itu adalah tempat umum maka shohibul bait disini adalah orang-orang yang berdomisili dan menjadi jama'ah di masjid. Beda dengan rumah pribadi, yang menjadi shohibul bait adalah orang yang punya rumah itu.

Mas Rohan (1)

Hari ini hari yang indah, adzan maghrib sebentar lagi akan dikumandangkan. Seharian ini entah mengapa saya lalui detik-detik puasa saya di atas tempat tidur. Maleeeeeees rasanya. Mas Rohan tiba-tiba datang.
"Assalamualaikum... Wah beraaat juuuga ini.Jam segini masih Bangkong hehehe...". Ledek Mas Rohan. Memang yang saya tahu beliau walaupun malamnya sering begadang tapi siang hari tak pernah saya lihat malas-malasan tidur. Saya bayangkan seandainya saya bisa selalu menghargai waktu kayak Mas Rohan betapa indah hari-hari kujalani.
Masih males rasanya tubuh ini digerakkan.
"Hehehe.." Kujawab ledekan Mas Rohan dengan senyum yang agak berat. "Habis dari mana Mas, kok kayak cuaapek gitu..?'" Tanyaku, sebab kulihat di sela-sela wajahnya yang berbinar penuh semangat ada rasa capek dibelakangnya.
"Yaah,,,,, seperti biasa menuntaskan yang belum tuntas...". Jawabnya sambil melangkahkan kaki keluar.
Tanpa berfikir panjang lagi kupaksa tubuhku ini beranjak dari tempat tidur. Jam sudah menunjukkan angka lima. Setengah jam lagi waktu berbuka puasa.
Allahuakbar Allahuakbar!! Suara adzan menggema bersahutan. Dalam hati saya bersyukur, di kota ini masih banyak yang beriman. Masih banyak berdiri masjid-masjid dan kekhusyu'an beribadah masih bisa dilakukan. Bagaimana dengan suasana Ramadlan di beberapa negara-negara Islam Timur Tengah, di Palestina khususnya. Mungkin keindahan ibadah puasa jauh dari yang terjadi disini. Atau bahkan di sana justru lebih indah. Karena setiap langkah dan aktivitasnya merupakan perang fi sabilillah? Wallahua'lam.
Saya bergegas melangkahkan kaki ke Masjid. Sekalian ambil takjil untuk membatalkan puasa. Kata Nabi bergegas untuk membatalkan puasa  sunnah adanya. Ternyata di masjid telah berkumpul banyak orang. Tak seperti biasanya, hari-hari seperti ini kok banyak Bapak-bapak dan Ibu-ibu ngumpul. Mungkin ada acara fikirku.
Ada banyak macam corak sikap, karakter tingkah laku yang ada di perumahan ini. Ada yang seenaknya sendiri memerintah, ada terlalu pede dalam tampil baik menjadi imam sholat ataupun ceramah ada juga merasa pinter sendiri.
Dalam hati saya sering menahan rasa iba dan tidak terima pada Mas Rohan, beliau yang telah menjadi tulang punggung mobilitas Masjid ini ternyata oleh sebagian orang di komunitas perumahan ini dipandang sebelah mata. Mungkin kalau bukan ada niatan tulus untuk mengabdi pada Allah beliau hengkang dari masjid ini.
Alhamadulilah keinginan murni sebagai pengabdi Allah yang sejati terpatri dalam jiwanya, hingga apapun yang terjadi dengan sikap orang-orang sekitarnya beliau tetap tabah menjalani. Beliau sering bilang: "Ini adalah ujian Allah agar membuatku semakin sabar dan sabar....hehehe.." Tanggapannya sungguh luar biasa, seperti tidak pernah terpengaruh dengan sikap orang lain yang kadang membuatnya marah.
"Han, han!! Pak Hafidz memanggil. Itu ntar segera dipindah ya,,, ne kan hampir taraweh..."
"Iya Pak..." Jawab Mas Rohan, saya tahu Mas Rohan tidak pernah mengatakan kata tidak ketika disuruh.

Waktu berjalan begitu cepat. Saat taraweh-pun dimulai. Kebetulan yang bertugas menjadi Imam taraweh (Bersambung)

Sunday, September 13, 2009

Seorang Ibu (1)

Tiada seorang-pun di dunia ini yang tidak dilahirkan dari seorang Ibu. Begitu mulya Ibu Hingga Rosulullah bersabda 'Surga ada di Telapak Kaki Ibu'. 
Tahukah kamu, berapa bulan engkau bertapa di perut ibumu? Coba bayangkan gimana rasanya selama berbulan kesana-kemari membawamu di dalam perut?
Begitu besar jasa yang telah beliau berikan untuk kita, pernahkah kita berfikir bagaimana kita membalasnya, ataukah hanya sering kali kita membuat beliau marah.
Misalkan kamu saat ini jauh dari Ibumu, tatkala pulang Ibumu telah terbujur kaku, dan engkau belum sempat untuk berbakti dan mengabdi... Betapa besar dosa kita.

Keinginan (1)

Beberapa hari yang lalu saya dipertemukan dengan senior yang beda generasi dengan saya, dalam satu percakapan yang singkat  sebagai seorang adik saya curhat dengannya, karena saya anggap sudah lebih dulu mengerti tentang asam garamnya kehidupan ini.
"Mas, apa yang sampean tahu tentang kesuksesan?"
"Wah! ada apa ini ko kayak seius gitu, hehe..."ledeknya sambil terkekeh, karena biasanya kalau saya cangkruan sama beliau tema pembicaraan yang diangkat tidak lebih dari eforia masalalu ketika aktif sebagai mahasiswa.
"Gini mas, ko rasa-rasanya selama ini saya sudah keras berusaha tapi ko selalu gagal ya..?"
"Gagal dibidang apa?" Tanya singkat
"Ya, setiap apa yang saya inginkan...."
"Ingat ga apa kata Iwan Fals?"
"Apa Mas?"
"Keinginan itu adalah sumber penderitaan". Katanya
"Berarti kalau kita punya keinginan, berarti kita akan menderita?". Tanyaku heran
"Betul!! Kenapa seh harus ada kecewa? Mengapa Seh harus ada putus asa? Ya karena kenyataan yang dia alami tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan..!"
"Setahu saya Mas, Life Without an Ambition Likes Bird Without a Wing. hidup tanpa keinginan atau cita bagaikan burung yang sayapnya sebelah. tidak bisa terbang dong!! Berarti kita ga bisa hidup donk!! Karena dengan keinginan itulah manusia mampu dan mempunyai semangat dalam hidupnya:.
"Itupun tidak salah, tapi bagaimana menurutmu dengan; "Jangan Terlalu Banyak Berharap kalau kamu tidak ingin kecewa, orang berkeinginan pastilah berharap keinginannya itu akan menjadi kenyataan. Kalau yang tejadi adalah sebaliknya maka putus asalah yang dialamai hehehe..."