Saturday, November 07, 2009

Rembulan Kesiangan (2)


Wanita,
Makhluk unik penuh makna
Ada airmata, canda tawa dan malapetaka

Semua tempat adalah sekolah semua orang adalah guru. Itu prinsip calon intektual sejati.
Arman dan Abda menembus dinginnya malam ini. Menghabiskan malam bersama bururng hantu. Bunyi jangkrik bersautan. Diantara kegelapan malam ada makna dan kebijaksanaan. Bintang-gemintang yang gemerlapan, indahnya sinar sang rembulan dan lazuardi terhampar bak permadani sang di istana kedamaian. Ini, hanya bisa dimikmati dikala malam menjelang.
Sambil membetulkan tempat duduknya Abda memulai pembicaraan.
“Man, bagaimana pendapatmu tentang seorang wanita?”. Abda adalah seorang mahasiswa dikampus negeri ternama di lingkungan Malang Raya. Ia adalah teman seorganisasinya.
“Menurutku, wanita itu unik”. Jawabnya singkat.
“Keunikan dari sisi apa?”.
“Wanita itu adalah miniatur sebuah negara, kata Bung Karno untuk menundukkan sebuah negara tundukkanlah dulu seorang wanita. Karena dalam diri wanita terdapat variasi karakter yang komplek. Jangan pernah strategi yang mantap dalam perang dianggap mantap untuk menundukkan seorang wanita”.
Trus, wanita yang kayak mana yang kamu maksud. Jangan salah, banyak wanita yang punya entitas berbeda dengan wanita lainnya. Wanita dulu dengan sekarang beda loya…”.
“Sip!! Begitulah, keunikan wanita itu. Terkadang ada wanita yang tetap eksis dengan kewanitaannya. Ada juga yang melampaui batas-batas kodrat kewanitaan yang dianugerahkan Tuhan padanya”.
“Mungkin maksudmu side-affect dari emansipasi wanita. Misalkan, Margaret Teacher –Mantan Perdana Menteri Wanita Pertama didunia- dianggap sebagai ikon emansipasi itu. Yang menganggap wanita punya peranan politik yang sama dengan pria”.
Keduanya tenggelam dalam diskusi kering itu, hal ini biasa mereka lakukan mengisi sela-sela kesibukan rapat ataupun ketika kebetulan meraka ngongkow bareng diwarung kopi.
Sambil mengepulkan asap rokok dari mulutnya Abda memecah kebekuan itu. “Emm, banyak arah hidup seorang laki-laki terkadang dibelokkan oleh seorang wanita. Kita lihat banyak mahasiswa yang hanya kerjaannya main-main kesana-kemari karena sibuk kencan dengan pacarnya. Kita tahu otak perang dunia ke-2 adalah Adolf Hitler, yang ternyata setiap kebijakan-kebijakan politik destroyer-nya dipengaruhi oleh Eva Brauwn. Ataupun Bill Clinton yang hampir jatuh dari jabatannya sebagai presiden AS karena perselingkuhannya dengan Maria. Yach, begitulah wanita ternyata sangat mengancurkan idealisme kaum muda. Terutama kayak kamu tuh… karena mikirin wanita kayak sekarang ini sukanya berpuisi aja, hahaha…..”.
“Ko tahu kamu kalo ku sedang mikirin wanita.. so ngerti ja lho…!!”
“Jangan munafik uey!!! Aku tuh ga pernah lihat kamu kayak gini, sering merenung, tersenyum sendiri. Karena apa hayo!! Wong biasanya juga ada masalah pelik sekalipun kamu santai-santai aja ko… wanita manakah kiranya yang telah membuat sahabatku hilang ini kecerdasannya.. hahahahaha….”. Ledek Abda dengan gaya khas sipit matanya.
“Ga ah… biasa-biasa saja ko… kebetulan aja sekarang lagi yach gitu dech….”. Arman berusaha menutupi kegalauan hatinya selama ini. Memang jauh dilubuk hatinya sedang dilanda kegalauan. Galau, sederhana memang. Mengenal seorang wanita terkadang tidak bisa pake akal pikiran karena perasaan mengerti lebih tajam untuk mendeskripsikan hakekat seorang wanita.
“Udalah, jangan bohong keteman sendiri saja ko gitu… nyantai boss!!! Kubantu-kubantu. Coba sebutin namannya sapa, jurusan apa dari kampus mana? Ntar ku yang ngatur, ok!”.
“Ga usah, mang ga ada apa-apa ko…”.
Keduanya kembali tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Tanpa disadari momen-momen seperti inilah yang justru melatih dialektika dan kekritisan mereka dalam menganalisa masalah.
“Gimana setuju nggak kalo ku bilang wanita itu racun dalam kehidupan ini…?. Tampaknya, Abdi mengalihkan kembali ke diskusi masalah wanita.
“Kalo menurutku tidak semudah itu…”. Arman diam sejenak, mencari kata yang tepat untuk melukiskan betapa mulianya seorang wanita. “Tiada orang hebat sekalipun didunia ini yang tidak terlahir dari rahim seorang wanita. Begitu mulianya beliau sampe-sampe ketika Rosul ditanya oleh sahabat siapa yang harus dihormati pertama kali antara ibu dan bapak. Rosulullah menjawab ibu, sampai pertanyaan ketiga kalinya beliau tetap menjawab ibulah yang harus di hormati pertama kali baru kemudian bapak. Rosul juga mengingatkan bahwa surga itu ada ditelapak kaki ibu. Kasih sayangnya melebihi tingginya gunung Fuji ataupun luasnya gurun Sahara. Juga cintanya lebih dalam dari pada samudera Hindia. Setiap wanita adalah calon ibu. Jangan pernah meremehkan wanita karena memang ia diciptakan sebegitu mulianya. Perjuangan Rosul-pun banyak didukung oleh Siti Khatidjah  yang dengan ketulusan kasih sayangnya membuat beliau selalu tegar. Cuma kemudian  mengapa, dalam keluarga banyak perselingkuhan? Karena didalam rumah tangga mereka tidak menemukan kepuasan. Jangan kira mereka yang selingkuh istrinya tidak cantik. Akan tetapi kebahagiaan dan kedamaian hati tidak mereka temukan ketika berkumpul dengan sanak keluarga. Jadi, hati-hatilah memilih seorang wanita. Ia akan menjeruskanmu dalam kesengsaraan ataupun membuatmu besar dalam kehormatan…”. Begitu serius keduanya hingga Abda melongo. Keduanya kembali terdiam dalam lamunannya masing-masing. Terasa benar peran besar seorang wanita dalam perputaran hidup manusia.
Qais, rela gelar majnun (gila)  ia sandang demi mempertahankan kesucian cintanya pada Laila (-Laila Majnun, Syaik Nizami). Dalam gumam kecil Qais sering berbisik; ‘Andai pagi ini mentari enggan terbit cukuplah seulas senyummu sebagai pengganti…’. Seolah-olah sudah tiada perbedaan lagi antara gelap dan terang. Susah ataupun senang. Bahagia ataupun derita. Dalam hal ini bukan kecintaan buta Qais sebenarnya yang menjadi tolak ukur, akan tetapi betapa wanita yang dicintai atas dasar diri seutuhnya akan mampu memberikan inspirasi dan semangat dalam setiap langkah kehidupan ini.
Begitupun juga, cinta Zainudin ke diri Hayati (-Tenggelamnya Kapal Vander Wijk, Buya Hamka) yang terhalang oleh dinding adat dan kemewahan dunia telah mampu mengobarkan semangatnya untuk terus berkarya. Walau pada akhirnya Hayati sengsara karena salah ambil keputusan.

No comments:

Post a Comment

Silahkan ngasi komentar... bagi siapa saja...